Peristiwa

Alasan Indonesia Batal Beli 12 Jet Tempur Bekas dari Qatar

×

Alasan Indonesia Batal Beli 12 Jet Tempur Bekas dari Qatar

Sebarkan artikel ini
Alasan Indonesia Batal Beli 12 Jet Tempur Bekas dari Qatar

IDPOST.CO.ID – Rencana pembelian 12 jet tempur Dassault Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Qatar Emiri (QEAF) oleh pemerintah Indonesia ditunda karena keterbatasan anggaran.

Penundaan pembelian jet tempur Dassault Mirage tersebut diungkapkan oleh juru bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Keputusan penundaan diambil secara bersama-sama oleh Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan.

Sebagai alternatif, pemerintah akan fokus pada peningkatan armada pesawat tempur F-16 buatan AS serta pesawat Sukhoi Su-27 dan Su-30 Rusia yang telah dimiliki oleh Angkatan Udara Indonesia (TNI-AU).

Pada bulan Juni 2023, Indonesia sebelumnya telah mengumumkan niatnya untuk membeli armada pesawat tempur Mirage 2000 yang dimiliki oleh Qatar.

Pembelian armada pesawat tempur Mirage 2000 direncanakan pemerintah Indonesia untuk mengatasi kelemahan dalam pertahanan udara.

TNI-AU telah menandatangani kontrak senilai €733 juta pada bulan Januari 2023 untuk mengakuisisi armada Mirage QEAF.

Armada tersebut terdiri dari sembilan pesawat Mirage 2000-5EDA satu kursi dan tiga pesawat Mirage 2000-5DDA kursi ganda.

Pembiayaan kesepakatan tersebut direncanakan menggunakan pinjaman luar negeri yang disusun melalui perantara perusahaan Ceko, Excalibur International.

Selain itu, Excalibur International juga akan memfasilitasi pengiriman pesawat-pesawat tersebut dalam waktu dua tahun setelah kontrak diberlakukan.

Menurut TNI-AU, kesepakatan awal juga menyediakan 14 mesin cadangan, senjata yang tidak ditentukan, peralatan pendukung darat, pelatihan awak dan dukungan tambahan lainnya, termasuk layanan dukungan hingga tiga tahun.

Pesawat Mirage 2000 rencananya akan dioperasikan oleh Skuadron 1 yang bermarkas di Pangkalan Udara Supadio Pontianak di pesisir barat Pulau Kalimantan sebagai langkah sementara untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara negara, menyusul pensiunnya Northrop Grumman TNI-AU.

Pesawat tempur ringan F-5E/F Tiger II dan semakin usangnya pesawat tempur ringan BAE Hawk 209 miliknya.

Perkembangan terbaru ini bukanlah hambatan pertama bagi Indonesia dalam memperoleh pesawat tempur baru.

Jakarta sebelumnya berencana untuk mengakuisisi pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker Rusia dan telah menandatangani perjanjian sementara dengan Rosoboronexport pada bulan Februari 2018.

Namun, kekhawatiran atas potensi sanksi AS telah menggagalkan kesepakatan tersebut dan mendorong Jakarta untuk mengakuisisi enam pesawat yang diharapkan akan diperoleh.

Akhirnya 42 pesawat tempur Dassault Rafale yang baru dibangun. Tiga pesawat Rafale pertama diperkirakan akan dikirim pada awal tahun 2026.

Negara ini juga telah berkomitmen untuk membeli hingga 24 pesawat tempur Boeing F-15EX Eagle, setelah menandatangani perjanjian dengan pabrikan di fasilitasnya di St Louis pada Agustus 2023. Kesepakatan tersebut sekarang menunggu persetujuan pemerintah AS.

Indonesia juga sebelumnya telah melakukan negosiasi dengan Austria pada Juli 2020 untuk pengadaan seluruh 15 pesawat tempur Tranche 1 Typhoon yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Austria, namun akhirnya gagal.

TNI-AU saat ini mengoperasikan gabungan Sukhoi Su-27SK/SMK Rusia dan Su-30MK2/MKK serta Lockheed Martin F-16A/B/C/D buatan AS.