IDPOST.ID – Pada Sabtu pagi, 1 Juni 2024, Alun-Alun Kota Blitar berubah jadi lautan kebanggaan dan semangat nasionalisme.
Tradisi tahunan grebeg Pancasila kembali digelar dengan nuansa budaya yang kental sekaligus sarat makna spiritual.
Momen yang paling dinanti warga yakni rebutan Gunungan Lima di kompleks makam Bung Karno, jadi magnet tersendiri yang mengundang ribuan warga dari berbagai kalangan.
Upacara peringatan Hari Lahir Pancasila berlangsung khidmat dan meriah, diikuti jajaran pemerintah, pelajar hingga komunitas budaya dengan pakaian adat Djadoel Puspadahana.
Lima Gunungan berisi hasil bumi diarak dengan iringan musik tradisional, melambangkan lima sila Pancasila yang hidup dan menyatu dalam budaya masyarakat Blitar.
Setiba di makam Bung Karno, Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin (Mas Ibin), secara simbolik menyerahkan Gunungan Lima.
Menurut Mas Ibin, tradisi ini bukan sekadar seremoni, tapi wujud penghormatan sekaligus pengingat bahwa Pancasila sejatinya adalah nilai yang hidup dalam setiap perilaku masyarakat.
“Momentum ini mengajarkan kita bahwa Pancasila bukanlah sekadar teks formal, tapi jiwa yang harus diamalkan bersama lewat kebudayaan dan gotong royong,” tegas Mas Ibin di sela prosesi.
Usai itu, masyarakat berkumpul di halaman Perpustakaan Nasional Bung Karno untuk mengikuti Kenduri Pancasila.
Suasana hangat dan akrab terjalin antara tokoh budaya, pejabat, hingga warga biasa yang duduk lesehan bersama menikmati hidangan tradisional sebagai simbol kekeluargaan dan persatuan.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar, Edy Wasono, perayaan ini memang lebih dari seremoni.
Ia menekankan bahwa grebeg Pancasila menjadi media edukasi kebangsaan yang mengajak warga untuk aktif berpartisipasi dan meresapi nilai-nilai bangsa lewat aktivitas nyata.
Puncak acara adalah doa bersama dan rebutan hasil bumi dari Gunungan Lima. Warga dengan penuh sukacita berusaha mendapatkan bagian berkah, bukan karena materi, melainkan makna spiritual dan simbol rasa syukur terhadap warisan Bung Karno dan nilai Pancasila.
Siti Rukayah, seorang warga, mengaku bahwa momen ini selalu dinantikan sebagai bentuk kebahagiaan dan keberkahan yang tak ternilai.
“Bawa pulang sedikit dari gunungan itu sudah jadi rezeki dan doa untuk keluarga,” ujarnya dengan penuh haru.