IDPOST.ID – Ratusan hektar sawah di sejumlah desa di Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, mengering dan terancam puso. Penyebabnya, saluran irigasi dari Daerah Irigasi (DI) Kragilan tak lagi mengalirkan air selama hampir 15 tahun terakhir.
Keluhan pahit ini paling dirasakan oleh petani di Desa Sambeng dan tujuh desa sekitarnya di wilayah Bayan Utara.
Puluhan spanduk protes yang terpasang di sepanjang saluran irigasi menjadi bukti nyata keputusasaan mereka.
Kepala Desa Sambeng, Toni Irawan, membenarkan bahwa spanduk-spanduk itu adalah akumulasi kekecewaan petani yang sudah menanti perbaikan selama belasan tahun.
“Setiap musrenbangcam (musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan), kami selalu mengusulkan persoalan ini. Namun hingga detik ini, belum ada realisasi nyata dari pihak terkait,” ujar Toni kepada awak media di lokasi irigasi, Jumat (26/9/2025).
Toni menyebutkan, kerusakan di bagian hulu diduga menjadi pangkal masalah. Akibatnya, delapan desa seperti Sambeng, Jrakah, Beringin, Pucang Agung, Pekutan, Besole, Bandungrejo, dan sebagian Desa Bayan tak kebagian air. Hanya Desa Seren di Kecamatan Gebang yang kadang masih mendapat, meski debitnya sangat kecil.
“Harapan saya sederhana, air bisa mengalir normal kembali. Air adalah sumber kehidupan petani. Jika irigasi lancar, cita-cita pemerintah mencapai ketahanan pangan akan lebih mudah diraih di Bayan Utara,” tegasnya.
Sudah Tak Ada Musim Tanam Ketiga
Keluhan serupa disampaikan Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Jrakah, Budi Santoso (58). Ia menegaskan bahwa pemasangan spanduk adalah langkah terakhir setelah berbagai pertemuan dengan pihak berwenang tak membuahkan solusi.
“Lebih dari 15 tahun air tak mengalir. Rapat-rapat sudah sering, tapi tidak ada tindak lanjut. Petani sangat dirugikan. Dulu kami bisa tanam hingga tiga kali (MT 1, MT 2, bahkan MT 3). Sekarang, untuk sekali tanam saja seringkali kekurangan air,” ratap Budi.
Dijelaskannya, pintu air DI Kragilan yang terletak di Mlaran, Kecamatan Gebang, mengambil air dari Bendung Kaliglagah dan Ngaglik. Pada masa lalu, air berlimpah dan bisa mencapai Desa Bandungrejo, Besole, hingga Bayan.
Kini, kondisi itu tinggal kenangan. Sekitar 1.300 hektare lahan pertanian tak lagi mendapat pasokan air.
Para petani pun mendesak pemerintah untuk segera turun tangan dan mengambil langkah konkret. Tanpa kepastian iritasi, produktivitas pertanian di Bayan Utara akan terus merosot dan mengancam target ketahanan pangan nasional.
Tinggalkan Balasan