Polres Blitar Panen Raya 34 Ton Jagung, Buktikan Polisi Jago Cangkul dan Pistol

IDPOST.ID – Polres Blitar bukan cuma jago menangkapi penjahat, tapi juga piawai memanen jagung! Sebanyak 34 ton jagung glondong berhasil dipanen dalam kegiatan Panen Raya Jagung Serentak Kuartal III yang digelar Sabtu (27/9/2025).

Acara yang dipusatkan di lahan binaan Polri ini jadi bukti nyata sinergi lintas sektor untuk ketahanan pangan.

Panen digelar di dua lokasi: Dusun Kemloko 7 Desa Sidodadi Kecamatan Garum (1,9 hektare) dan Kecamatan Panggungrejo (1 hektare).

Jenis jagung yang ditanam adalah jagung F1 konsumsi dari benih unggul Bhayangkara yang produktivitasnya mencapai 12 ton per hektare – angka yang cukup tinggi untuk standar lokal.

Acara panen ini ternyata dihadiri para pejabat tinggi. Mulai dari Asisten I Bupati Blitar yang mewakili bupati, jajaran Forkopimda, hingga pimpinan Bulog Tulungagung. Hadir juga perwakilan KPH Perhutani dan CV Lang Buana sebagai mitra strategis.

AKBP Arif Fazlurrahman, Kapolres Blitar, dengan bangga menyatakan komitmen Polri dalam mendukung ketahanan pangan.

“Kami siap mengawal seluruh proses, dari tanam hingga distribusi hasil panen,” tegasnya di tengah hamparan jagung yang menguning.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian melaporkan adanya peningkatan signifikan produktivitas jagung dibanding tahun sebelumnya.

“Didukung teknologi pertanian dan pola tanam adaptif, wilayah Polres Blitar tercatat sebagai salah daerah penyokong utama jagung di Jawa Timur berdasarkan data BPS,” ucapnya.

Kolaborasi antara Polres Blitar dan CV Lang Buana ini tidak hanya berkontribusi pada ketersediaan pangan lokal, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat ekonomi daerah. Petani setempat pun terlihat antusias menyambut hasil panen yang melimpah ini.

Warganet Serbu Akun TikTok Wali Kota Malang, Desak Tangani Kasus Yai Mim vs Sahara

IDPOST.ID – Akun TikTok resmi Walikota Malang Wahyu Hidayat (@pakmbois.malang) diserbu ratusan komentar warganet yang mendesak pemimpin kota itu turun tangan menangani kasus KH Muhammad Imam Muslimin (Yai Mim). Dosen UIN Malang itu didesak keluar dari rumahnya sendiri di kawasan Karangbesuki.

Desakan ini muncul di kolom komentar unggahan Walikota tentang penghargaan Indonesia Halal Award yang diterima Kota Malang. Warganet mempertanyakan kesigapan pemimpin kota menyikapi kasus yang telah viral nasional tersebut.

“Udah seviral itu masalah yai mim, walikota malang masih tutup mata kah?” tulis akun @nam!!! yang mendapat ratusan like dan respons setuju dari netizen lainnya.

Komentar serupa datang dari @Rahul amin: “Minimal tidak tutup mata pak, penghargaan apik bantu rakyatnya sulit.” Sementara @Butterfly🦋 menyindir, “Bapak walikota tah? Aku kira di malang gk ada walikota nya.”

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Pemkot Malang mengenai desakan warganet tersebut. Kasus yang awalnya sengketa tetangga ini kini berkembang menjadi ujian bagi responsivitas pemerintah daerah.

Yang menarik, unggahan tentang penghargaan pada 25 September 2025 itu justru menjadi magnet kritik. @salmikids menyindir: “Pemimpin butuh rakyat saat pemilu doang 😂😂”

Kritik paling tajam datang dari @Literasi: “TOLONG JELASKAN FUNGSI SOSIAL MEDIA WALIKOTA JIKA TIDAK UNTUK MENDENGARKAN ASPIRASI!”

Fenomena ini menunjukkan gap antara narasi resmi pemerintah dengan masalah riil yang dihadapi warga. Seperti dikomentari @exyourss_: “Samen gak mboiss blas pakk, ono sing lagii rame ga ditoleh blass.”

Viral Konflik Yai Mim vs Sahara di Malang, Netizen Ungkap 8 Fakta yang Bikin Publik Berpaling

IDPOST.ID – Konflik antara KH Muhammad Imam Muslimin atau Yai Mim, dosen senior UIN Malang, dengan tetangganya, Sahara, terus menjadi sorotan.

Kini, seorang netizen dengan akun TikTok @zramlni_ membagikan delapan fakta yang disebutkan dapat mengungkap duduk persoalan sebenarnya.

Fakta-fakta tersebut dibagikan dalam kolom komentar unggahan IDPOST tentang nasib Yai Mim yang harus meninggalkan rumahnya sendiri di kawasan Karangbesuki, Kota Malang, usai mewakafkan sebagian tanah miliknya untuk jalan umum.

Berikut 8 fakta yang diungkap netizen berdasarkan penelusuran @zramlni_:

1. Asal Usul Kepemilikan Tanah

    Yai Mim membeli tanah di Kavling Depag III, Malang, pada 2008 dan mulai membangun rumah pada 2022. Sebagian tanah diwakafkannya secara lisan untuk jalan umum. Sahara dan suaminya hanya mengontrak rumah di sebelahnya.

    2. Awal Mula Konflik

    Awalnya hubungan baik. Masalah muncul ketika mobil-mobil rental Sahara diparkir semrawut hingga mengganggu. Saat dibicarakan ke Sahara dan Ketua RT, justru Sahara memancing emosi Yai Mim, merekamnya, dan mengedit video seolah menjadi korban untuk diunggah di TikTok.

    3. Dukungan Netizen Berbalik

    Awalnya netizen mendukung Sahara. Setelah fakta terungkap, netizen menyerbu akun TikTok Sahara dengan komentar pedas. Yai Mim justru sudah terlanjut dihujat dan dilaporkan ke kampusnya agar diberhentikan sebagai dosen.

    Suci TKW Asal Tulungagung Dijuluki Nikita Mirzani Dilaporkan ke Polda Jatim oleh Istri K-Cung

    IDPOST.ID – Suci, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Tulungagung yang viral karena vokal mengkritik isu daerah dan dijuluki “Nikita Mirzani dari Tulungagung”, kini menghadapi masalah hukum.

    Ia dilaporkan ke Polda Jawa Timur oleh Ika, salah satu istri dari pengusaha Suryono Hadi Pranoto atau K-Cung Motor, atas dugaan pencemaran nama baik.

    Dalam keterangannya, Ika istri K-cung menyatakan bahwa pelaporan telah dilakukan pada 10 September 2025. Laporan tersebut berkaitan dengan unggahan dan pernyataan Suci yang dinilai telah mencemarkan nama baik keluarganya.

    “Kali ini saya mau menginfokan bahwasanya di tanggal sepuluh September kemarin saya sudah melakukan pelaporan atas dugaan pencemaran nama baik oleh pihak yang bernama mbak Suci yang di Taiwan, yang mengatakan bahwa saya itu open BO,” ujar Ika dalam sebuah video pernyataan.

    Sementara, Suryono Hadi Pranoto atau K-Cung, yang selama ini juga kerap disorot karena kasus hukum lingkungan yang menjeratnya, menegaskan bahwa tindakan Suci telah melampaui batas.

    Ia mengaku telah memaafkan berbagai tuduhan terkait bisnisnya, tetapi tidak untuk serangan yang menyangkut kehormatan keluarga.

    “Itu sangat mencoreng nama baik keluarga kita. Dia mendolimi usaha kita dll masih saya maafkan, dan kemarin sempat kami tunggu itikad baik dari beliau tapi tidak ada. Dan ini sudah kami laporkan ke Polda Jatim. Pastinya Polda Jatim akan memberikan yang terbaik atas laporan tersebut,” tegas K-Cung.

    Yai Mim Keturunan Sunan Ampel, Hafidz Qur’an dan Eks Dosen UIN Malang, Terusir Usai Wakafkan Tanah

    IDPOST.ID – Nasib malang seorang bernama KH Muhammad Imam Muslimin, yang akrab disapa Yai Mim. Sang ulama, yang merupakan keturunan ke-6 dari Sunan Ampel dan Sunan Bonang, justru harus terusir dari rumahnya sendiri di kawasan Karangbesuki, Kota Malang.

    Pengusiran ini terjadi setelah ia dengan ikhlas mewakafkan sebagian tanah miliknya untuk dijadikan jalan umum.

    Konflik yang awalnya hanya sengketa tapal batas, dalam sebuah video yang viral, terlihat ia menghadapi tekanan dari tetangganya, yang berujung pada keputusannya untuk meninggalkan tempat tinggalnya.

    “Saya dan istri tidak ada sedikitpun keinginan menarik tanah yang sudah kami waqafkan untuk jalan umum. Silahkan semua orang boleh menggunakannya untuk lewat dengan nyaman tanpa gangguan,” tulis Yai Mim dalam klarifikasinya di Instagram, @mohammad_imam_muslimin.

    Namun, niat baiknya itu berbalas pahit. Alih-alih dihargai, ia justru merasa diteror dan dipersulit, hingga akhirnya memilih mengungsi untuk menghindari konflik yang semakin memanas.

    Netizen Geram: Mana Perlindungan untuk Ulama?

    Melihat nasib yang menimpa Yai Mim, netizen ramai-ramai menyuarakan kemarahan dan dukungan mereka. Banyak yang tidak percaya bahwa seorang ulama dan dosen senior UIN Malang, yang masih memiliki darah biru Walisongo, diperlakukan sedemikian rupa.

    “Sedih lihat kondisi Yai Mim. Niat baik berwakaf malah dibalas seperti ini. Semoga ada keadilan untuk beliau. 😔 #JusticeForYaiMim,” tulis akun @Ahmad_Santoso92.

    “Ini harus diselesaikan secara hukum yang jelas. Jangan sampai yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar. #SelesaikanSengketaYaiMim,” desak akun @Fajar_Justice.

    Jamin Tidak Ada Kasus Keracunan, Kodim Purworejo Siap Kawal Program MBG

    IDPOST.ID – Komandan Kodim (Dandim) 0708 Purworejo, Letkol Inf Imam Purwoko, menegaskan tidak ada satu pun kasus keracunan yang terjadi di seluruh dapur program Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyediakan makan bergizi gratis di Purworejo.

    Pernyataan ini disampaikan Imam Purwoko saat memimpin rapat bersama para kepala dapur se-Kabupaten Purworejo di Makodim setempat, Jumat (26/9/2025) sore.

    “Kami pastikan bahwa hingga saat ini tidak ada laporan terkait keracunan atau hal-hal negatif lainnya dari dapur-dapur yang memberikan layanan makan bergizi gratis. Semuanya dalam kondisi aman dan terkendali,” tegas Imam Purwoko.

    Dia menambahkan, pihaknya secara aktif melakukan pendampingan terhadap operasional dapur-dapur tersebut. Tujuannya untuk memastikan kualitas makanan yang disajikan tetap bergizi, aman, dan memenuhi standar.

    “Alhamdulillah, beberapa dapur bahkan sudah menjadi percontohan. Mereka menyajikan menu yang variatif, bergizi, dan disukai oleh para penerima manfaat,” lanjutnya.

    Dijelaskannya, saat ini sudah tercatat 17 dapur yang aktif memberikan pelayanan makan bergizi gratis di Purworejo.

    “InsyaAllah, mulai hari Senin nanti akan bertambah dua dapur lagi yang mulai beroperasi,” terang Imam Purwoko.

    Sebagai satuan kewilayahan TNI AD, Kodim 0708 Purworejo berkomitmen penuh mendukung pemerintah dalam menjaga kelancaran program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    “Kami berharap, melalui program ini, generasi muda kita akan tumbuh menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan siap mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” pungkas Dandim.

    Belasan Tahun Air Irigasi di Purworejo Tak Mengalir, Petani 8 Desa Pasrah Hadapi Kekeringan

    IDPOST.ID – Ratusan hektar sawah di sejumlah desa di Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, mengering dan terancam puso. Penyebabnya, saluran irigasi dari Daerah Irigasi (DI) Kragilan tak lagi mengalirkan air selama hampir 15 tahun terakhir.

    Keluhan pahit ini paling dirasakan oleh petani di Desa Sambeng dan tujuh desa sekitarnya di wilayah Bayan Utara.

    Puluhan spanduk protes yang terpasang di sepanjang saluran irigasi menjadi bukti nyata keputusasaan mereka.

    Kepala Desa Sambeng, Toni Irawan, membenarkan bahwa spanduk-spanduk itu adalah akumulasi kekecewaan petani yang sudah menanti perbaikan selama belasan tahun.

    “Setiap musrenbangcam (musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan), kami selalu mengusulkan persoalan ini. Namun hingga detik ini, belum ada realisasi nyata dari pihak terkait,” ujar Toni kepada awak media di lokasi irigasi, Jumat (26/9/2025).

    Toni menyebutkan, kerusakan di bagian hulu diduga menjadi pangkal masalah. Akibatnya, delapan desa seperti Sambeng, Jrakah, Beringin, Pucang Agung, Pekutan, Besole, Bandungrejo, dan sebagian Desa Bayan tak kebagian air. Hanya Desa Seren di Kecamatan Gebang yang kadang masih mendapat, meski debitnya sangat kecil.

    “Harapan saya sederhana, air bisa mengalir normal kembali. Air adalah sumber kehidupan petani. Jika irigasi lancar, cita-cita pemerintah mencapai ketahanan pangan akan lebih mudah diraih di Bayan Utara,” tegasnya.

    Sudah Tak Ada Musim Tanam Ketiga

    Keluhan serupa disampaikan Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Jrakah, Budi Santoso (58). Ia menegaskan bahwa pemasangan spanduk adalah langkah terakhir setelah berbagai pertemuan dengan pihak berwenang tak membuahkan solusi.

    “Lebih dari 15 tahun air tak mengalir. Rapat-rapat sudah sering, tapi tidak ada tindak lanjut. Petani sangat dirugikan. Dulu kami bisa tanam hingga tiga kali (MT 1, MT 2, bahkan MT 3). Sekarang, untuk sekali tanam saja seringkali kekurangan air,” ratap Budi.

    Dijelaskannya, pintu air DI Kragilan yang terletak di Mlaran, Kecamatan Gebang, mengambil air dari Bendung Kaliglagah dan Ngaglik. Pada masa lalu, air berlimpah dan bisa mencapai Desa Bandungrejo, Besole, hingga Bayan.

    Kini, kondisi itu tinggal kenangan. Sekitar 1.300 hektare lahan pertanian tak lagi mendapat pasokan air.

    Para petani pun mendesak pemerintah untuk segera turun tangan dan mengambil langkah konkret. Tanpa kepastian iritasi, produktivitas pertanian di Bayan Utara akan terus merosot dan mengancam target ketahanan pangan nasional.

    Konflik Yai Mim dan Tetangga Sahara, Netizen Curiga Ada Bisnis Mobil Bodong di Malang

    IDPOST.ID – Konflik antara KH Muhammad Imam Muslimin atau Yai Mim eks dosen UIN Malang dengan tetangganya, Sahara, di Karangbesuki, Kota Malang, ternyata menyisakan banyak tanda tanya.

    Dalam sebuah video klarifikasi, Yai Mim secara halus menyindir kegiatan tetangganya yang diduga terkait dengan bisnis rental mobil berizin abu-abu.

    “Misalnya ada kiriman mobil dari Priok ke Kangean, suratnya bodong. Periksa mobil-mobilnya pak polisi,” ujar Yai Mim dalam video tersebut, dengan nada yang terkesan biasa namun penuh makna. Sindiran ini langsung ditangkap cerdas oleh netizen.

    Akun TikTok jahe rempah suratmo berkomentar pedas, “jangan sekali-kali memberi tempat suku dengan logat ini. akan jadi masalah,” yang langsung disambut ratusan like dan reply yang setuju. Komentar ini mengarah pada identitas suku dari tetangga Yai Mim yang dianggap sebagai akar masalah.

    Netizen evi dengan antusias menanggapi sindiran Yai Mim, “pak mim menyindir ituuu🤣🤣🤣🤣🤣🤣”. Sementara lhaaaa menulis, “kyk nya bapak itu nyinggung klw bapak baju biru itu penjualan mobil ilegal.”

    Sindiran Yai Mim ini dinilai sebagai upaya membongkar masalah yang lebih besar di balik sengketa tapal batas yang tampak sederhana.

    Netizen menduga, ada persengkokolan secara sistematis yang dialami Yai Mim berkaitan dengan keberaniannya menyoroti praktik-praktik tidak jelas di lingkungan tempat tinggalnya.

    Kini, netizen semakin yakin bahwa Yai Mim adalah korban dari sebuah skema yang lebih rumit.