Aksi Damai HMI Boyolali di DPRD Ditemui Forkopimda Berakhir Tabur Bunga

Boyolali, Idpost.Id– Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Boyolali menggelar aksi damai di depan gedung DPRD Boyolali.

Dalam aksi tersebut, para mahasiswa menyuarakan aspirasi terkait berbagai persoalan di sejumlah daerah yang sebelumnya memicu jatuhnya korban jiwa saat melakukan aksi serupa.

Aksi dimulai dengan long march dari Alun-Alun Kidul Boyolali menuju kantor DPRD setempat. Para peserta membawa spanduk dan poster, serta secara bergantian menyampaikan orasi.

Mereka menegaskan agar DPRD bersama pemerintah kabupaten lebih serius dalam menangani persoalan rakyat serta menyampaikan aspirasi masyarakat ke pemerintah pusat.

Aksi berlangsung tertib dengan pengawalan dari aparat Polres Boyolali dan TNI. Usai berorasi, perwakilan pengunjuk rasa diterima dalam audiensi bersama Bupati Boyolali Agus Irawan serta unsur Forkopimda.

Sebagai bentuk kepedulian, massa HMI juga menggelar tabur bunga dan doa bersama untuk mengenang 10 orang yang meninggal dunia di berbagai daerah saat menyampaikan aspirasinya.

Koordinator aksi HMI Boyolali, Ketigo Cahyo Utomo, menyampaikan bahwa aksi damai ini merupakan bentuk solidaritas sekaligus seruan moral kepada pemerintah.

“Kami ingin DPRD benar-benar mendengar suara rakyat dan menyalurkannya ke pusat,” ujarnya, Kamis (4/9/2025) sore.

Sementara itu, Bupati Boyolali Agus Irawan menyatakan pihaknya terbuka terhadap aspirasi mahasiswa dan masyarakat.

“Pemerintah akan menindaklanjuti apa yang menjadi aspirasi teman-teman HMI dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Aksi damai ini berakhir tertib setelah massa membubarkan diri usai audiensi dan doa bersama.

Tambang Pasir Ilegal Dikeluhkan Warga Banyumas

IDPOST, Banyumas-Adanya aktivitas tambang pasir ilegal di Sungai Serayu masuk Desa Wlahar Kulon, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah, dikeluhkan warga disekitar lokasi penambangan.

Pasalnya, dampak dari penambangan tersebut menyebabkan abrasi dan kerusakan ekosistem, serta lahan pertanian milik warga. ” Lahan pertanian saya sering longsor gara-gara ada penambangan pasir ilegal itu, “tutur Arianto.

Karenanya, Arianto meminta agar aparat penegak hukum dalam hal ini Polresta Banyumas untuk menindak tegas penambangan ilegal itu.

Dia menambahkan, beberapa kali para penambang kerap dilempari dengan batu oleh warga, karena menambangnya terlalu ke tepi atau sudah mendekat ke lahan pertanian warga. “Itu kan sangat membahayakan terhadap guguran tanah lahan pertanian kita, sehingga para warga kompak menolak dan melempari penambang dengan batu, “katanya.

Sementara, Kapolresta Banyumas Kombes Pol Ari Wibowo yang terhubung melalui telepon Kamis siang (4 September 2025), menegaskan, kasus ini akan ditindak secara hukum dan menjadi atensi pihaknya. “Baik dan terimakasih atas informasinya dan ini jadi atensi kami untuk melakukan tindakan tegas kepada penambang pasir ilegal yang ada di Desa Wlahar Kulon, Patikraja, “kata Kapolresta.

Dari pantauan di lapangan, penambangan pasir ilegal di Desa Wlahar Kulon ada 3 titik yang saling berdekatan. Mereka menambang dengan alat mesin penyedot, yang jelas-jelas melanggar hukum. Dimana dalam Pasal 158 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 atas Perubahan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara mengatur bahwa setiap orang yang melakukan penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UU 3/2020, dipidana penjara maksimal lima tahun dan denda maksimal Rp100 miliar. Namun, selain sanksi pidana, terdapat juga sanksi administratif dan sanksi tambahan.

Menurut warga, diduga penambangan pasir tak berijin itu dikelola atau milik St, Rk, Wy, yang merupakan keluarga. “Pokoknya aparat penegak hukum dan terkait lainnya harus menutup itu penambangan pasir di sini, “tandasnya.

Gerhana Bulan Total: Penjelasan Ilmiah di Balik Fenomena Langit yang Penuh Makna

IDPOST.IDGerhana bulan total, sebuah peristiwa astronomi yang memukau, akan kembali menyapa pada 7 September 2025.

Fenomena ini terjadi ketika posisi Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan dalam satu garis lurus, sehingga bayangan Bumi menutupi seluruh permukaan Bulan.

Meskipun tampak sederhana, proses ini melibatkan interaksi kompleks antara ketiga benda langit tersebut yang menghasilkan pemandangan luar biasa di langit malam.

Secara ilmiah, gerhana bulan total diawali dengan fase penumbra, di mana Bulan mulai memasuki bayangan samar Bumi.

Kemudian, Bulan akan memasuki fase umbra, bayangan inti Bumi, yang secara bertahap menutupi seluruh permukaan Bulan. Pada fase totalitas inilah, Bulan akan tampak berwarna merah atau oranye, sebuah fenomena yang dikenal sebagai ‘Blood Moon’.

Warna kemerahan ini bukan karena Bulan memancarkan cahaya sendiri, melainkan karena cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi dihamburkan, dan hanya spektrum merah yang berhasil mencapai permukaan Bulan.

Dalam konteks keagamaan, khususnya Islam, gerhana bulan tidak hanya dipandang sebagai peristiwa ilmiah semata.

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa gerhana adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT yang menunjukkan kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat gerhana, dzikir, dan doa, sebagai bentuk pengakuan akan keagungan Sang Pencipta.

Dengan demikian, gerhana bulan total menjadi perpaduan antara keindahan ilmiah dan makna spiritual yang mendalam.

Doa dan Permohonan Ampunan: Kunci Keberkahan di Momen Gerhana Bulan

IDPOST.IDGerhana bulan, fenomena alam yang akan terjadi pada 7 September 2025, bukan hanya sekadar tontonan visual.

Bagi umat Muslim, momen ini adalah kesempatan emas untuk memperbanyak doa dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan yang jelas mengenai amalan-amalan yang dianjurkan saat gerhana, menjadikan doa sebagai salah satu pilar utama untuk meraih keberkahan.

Dalam ajaran Islam, gerhana adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang menunjukkan kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk meresponsnya dengan kerendahan hati dan peningkatan ibadah.

Memperbanyak doa, dzikir, dan istighfar (memohon ampunan) menjadi sangat relevan di saat-saat seperti ini.

Doa-doa yang dipanjatkan diharapkan dapat membawa ketenangan jiwa, keselamatan, dan keberkahan bagi individu maupun umat secara keseluruhan.

Selain doa, bersedekah juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Dengan berbagi kepada sesama, umat Muslim tidak hanya menunjukkan kepedulian sosial, tetapi juga berharap mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah SWT.

Momen gerhana bulan ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa kembali kepada-Nya, memohon ampunan atas segala dosa, dan meningkatkan kualitas spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Festival Lampion Purwokerto Ditunda, Wisatawan Asal Bandung Rugi Rp 4 Juta Lebih dan Siap Somasi Penyelenggara

IDPOST, Banyumas-Penundaan Festival Lampion Sky Lantern Serenade 2025 di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah menimbulkan kekecewaan bagi sejumlah wisatawan dari luar kota.

Tidak sedikit yang sudah memesan tiket perjalanan dan hotel sejak jauh-jauh hari, namun akhirnya harus merugi akibat keputusan mendadak ini.

Salah satunya dialami Mawar, wisatawan asal Bandung.

Dia mengaku harus menanggung kerugian hingga Rp 4,1 juta lebih karena tiket kereta pulang-pergi, penginapan, hingga tiket festival tidak dapat di-refund maupun dijadwal ulang.

“Saya dari luar kota, sudah prepare tiket kereta bolak-balik dan kamar hotel 3 hari dari jauh-jauh hari, tapi semua tidak bisa di-reschedule atau refund,” kata Mawar melalui kuasa hukumnya dari Klinik Hukum Peradi SAI Purwokerto, Rabu 3 September 2025 malam.

Mawar pun merinci kerugiannya; tiket kereta untuk dua orang sebesar Rp2,5 juta, hotel Rp1,5 juta, dan tiket lampion Rp165 ribu, sehingga total mencapai Rp 4.165.000.

Atas hal tersebut, kuasa hukumnya, H Djoko Susanto SH, menyatakan akan mengambil langkah hukum.

“Kita akan somasi pihak penyelenggara Festival Lampion,” tegas Djoko Susanto.

Pernyataan Pemkab Banyumas

Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Banyumas Agus Nur Hadie menyampaikan penundaan Festival Lampion Sky Lantern Serenade 2025.

Gerhana Bulan: Momen Emas untuk Introspeksi Diri dan Perbanyak Amal Saleh

IDPOST.IDGerhana bulan, sebuah fenomena alam yang akan kembali menyapa pada 7 September 2025, bukan hanya sekadar tontonan langit yang memukau.

Lebih dari itu, dalam ajaran Islam, peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi umat manusia untuk senantiasa melakukan introspeksi diri dan memperbanyak amal saleh.

Rasulullah SAW telah memberikan teladan bagaimana seharusnya umat Muslim menyikapi momen-momen istimewa seperti gerhana.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berdoa, bertakbir, melaksanakan salat, dan bersedekah saat melihat gerhana. Anjuran ini bukan tanpa alasan.

Gerhana adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT yang menunjukkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Dengan meresponsnya melalui ibadah, umat Muslim diajak untuk merenungi segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sekaligus menyadari kekurangan diri.

Momen gerhana menjadi kesempatan emas untuk muhasabah atau introspeksi diri, mengevaluasi setiap perbuatan, dan memperbaiki kualitas ibadah.

Selain itu, memperbanyak amal saleh seperti bersedekah, berdzikir, dan membaca Al-Qur’an juga sangat dianjurkan.

Dengan demikian, gerhana bulan tidak hanya berlalu begitu saja sebagai peristiwa alam, melainkan menjadi katalisator bagi peningkatan spiritual dan ketakwaan individu.

Tolak Anarkisme, Banyumas Bersatu Bersaudara Gelar Deklarasi Damai dan Do’a Lintas Agama

IDPOST, Banyumas-Ratusan tokoh masyarakat, pemuka agama dan kepercayaan, serta berbagai organisasi kemasyarakatan dan komunitas lintas iman berkumpul di Pendopo Sipanji Banyumas, Rabu sore (3/9/2025).

Mereka hadir sepakat untuk meneguhkan tekad bersama menjaga kedamaian melalui Deklarasi Damai dan Doa Lintas Agama usai gejolak demo ricuh yang sempat mencederai ketenteraman di Purwokerto.

Suasana penuh haru dan khidmat serta syahdu menyelimuti pendopo. Doa bersama pertama dipimpin oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas, H. Ibnu Asaddudin, lalu diteruskan secara bergiliran oleh para pemuka lintas agama dan kepercayaan. Semua berpadu mengangkat tangan, memohon ridha Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang agar Banyumas senantiasa tenteram, teduh, dan jauh dari perpecahan.

Sebelum doa dimulai, sambutan-sambutan dan ikrar deklarasi damai dibacakan dengan lantang, diikuti seluruh hadirin dengan penuh semangat persaudaraan lahir batin.

Bupati Banyumas H. Sadewo Tri Lastiono dalam sambutannya menegaskan bahwa demokrasi memberi ruang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi, namun tetap harus dengan cara yang santun dan sesuai hukum.

“Menyampaikan pendapat adalah hak, namun menjaga ketertiban adalah kewajiban. Banyumas adalah rumah bersama yang wajib kita rawat agar tetap aman, damai, adem, dan tentram,” ujarnya penuh keprihatinan sekaligus harapan.

Wakil Bupati Banyumas Hj. Dwi Asih Lintarti yang turut hadir juga menyerukan pentingnya sinergi seluruh elemen dalam menjaga harmoni sosial.

Senada dengan itu, Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf. Lukman Hakim, M.Han. menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap potensi ancaman yang dapat mengganggu stabilitas daerah. Ia mengajak semua pihak untuk menolak segala bentuk anarkisme, serta mengedepankan jalan dialog dan musyawarah sebagai jalan mulia menjaga keutuhan bangsa.

Deklarasi ini juga diperkuat dengan sikap resmi Ketua Forum Banyumas Eling (FBE), Yudo F. Sudiro, yang meneguhkan komitmen FBE menjaga ketenteraman daerah sekaligus mendukung penuh kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dengan segala program kerja dan janji pengabdiannya bagi rakyat. Nada serupa disampaikan oleh perwakilan toloh komunitas ojek online Banyumas yang menyatakan dukungan dan kesetiaan rakyat kecil dalam mengawal arah pembangunan nasional.

Kegiatan ini dihadiri jajaran Forkopimda, pimpinan dan pengurus ormas, lembaga keagamaan, komunitas lintas etnis, FBE, awak media, insan pers, hingga organisasi kepemudaan. Dari Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, FKUB, hingga komunitas kebudayaan dan relawan kemanusiaan, semua berpadu dalam satu barisan doa dan ikrar damai. Banyumas pun meneguhkan diri sebagai miniatur Nusantara yang kokoh berdiri di atas persaudaraan sejati.

Deklarasi ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi momentum spiritual sekaligus sosial. Sebuah seruan moral yang menggugah kesadaran, hanya dengan persatuan kesatuan, doa, dan kesetiaan pada nilai-nilai luhur bangsa, Banyumas Satria akan tetap berdiri tegak sebagai tanah damai, teduh, dan penuh berkah bagi setiap warganya.

Mengapa Gerhana Bulan Total Disebut ‘Blood Moon’? Ini Penjelasan Ilmiah dan Makna di Baliknya

IDPOST.ID – Istilah ‘Blood Moon’ atau Bulan Darah seringkali mengiringi fenomena gerhana bulan total.

Penamaan ini bukan tanpa alasan, melainkan merujuk pada perubahan warna Bulan yang menjadi kemerahan atau oranye pekat selama fase totalitas gerhana.

Fenomena visual yang memukau ini memiliki penjelasan ilmiah yang menarik, sekaligus makna simbolis dalam berbagai kebudayaan, termasuk dalam ajaran Islam.

Secara ilmiah, warna merah pada Bulan saat gerhana terjadi disebabkan oleh efek hamburan Rayleigh, sama seperti yang membuat langit terlihat biru di siang hari dan matahari terbit atau terbenam berwarna merah.

Ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi akan dihamburkan.

Cahaya dengan panjang gelombang pendek (biru dan hijau) akan lebih banyak tersebar, sementara cahaya dengan panjang gelombang panjang (merah dan oranye) akan menembus atmosfer dan membiaskan ke permukaan Bulan.

Inilah yang menyebabkan Bulan tampak kemerahan, seolah-olah berlumuran darah.

Dalam konteks spiritual, khususnya dalam Islam, ‘Blood Moon’ bukanlah pertanda buruk atau mistis.

Sebaliknya, fenomena ini dianggap sebagai salah satu tanda kebesaran Allah SWT yang menunjukkan kekuasaan-Nya atas alam semesta.

Umat Muslim dianjurkan untuk merespons peristiwa ini dengan memperbanyak ibadah, doa, dan dzikir, sebagai bentuk pengakuan akan keagungan Sang Pencipta.

Dengan demikian, ‘Blood Moon’ tidak hanya menjadi tontonan astronomi yang indah, tetapi juga momen refleksi spiritual yang mendalam.