IDPOST.ID – Ratusan anak dari berbagai sekolah di Kota Blitar, termasuk anak berkebutuhan khusus, memenuhi ruang Balai Kota Koesoema Wicitra, Senin pagi (28/7/2025).
Ratusan siswa tersebut bukan hanya menikmati kudapan kecil, tapi juga menyampaikan aspirasi untuk mewujudkan kota yang lebih ramah dan aman bagi anak.
Acara Sarapan NASTAR, singkatan dari Saran dan Harapan Anak Kota Blitar, digagas oleh Pemerintah Kota Blitar sebagai bagian dari inisiatif mewujudkan Kota Layak Anak. Dalam forum ini, anak-anak diberikan kesempatan berbicara langsung dengan Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin.
“Kami ingin membangun kota bukan hanya untuk anak-anak, tetapi bersama mereka,” ujar Mas Ibin dalam sambutannya.
Mas Ibin menegaskan, pemerintah saat ini fokus pada empat hak utama anak: hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi. Suara anak-anak menjadi dasar dalam menyusun kebijakan yang berpihak pada mereka.
Di forum tersebut, Mas Ibin menyampaikan kekhawatiran atas masih adanya isu yang membayangi dunia anak, seperti putus sekolah, bullying, dan kurangnya ruang aman untuk tumbuh berkembang.
“Kami memastikan tidak ada anak di Blitar yang putus sekolah, terutama karena alasan ekonomi,” katanya, disambut tepuk tangan peserta.
Mas Ibin juga menjelaskan pentingnya menjadikan sekolah sebagai lingkungan yang nyaman dan bebas dari intimidasi. “Sekolah harus menjadi rumah kedua bagi anak-anak, tempat aman yang memungkinkan mereka berkembang, bukan tempat menakutkan.”
Pemerintah juga tengah menyiapkan tim pemantau remaja yang akan melakukan pengawasan di ruang publik dan tempat nongkrong anak muda, bukan untuk membatasi kebebasan, tetapi agar anak-anak terhindar dari kebiasaan yang merugikan seperti keluyuran malam yang mengganggu waktu belajar.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Blitar, Parminto, mengatakan Sarapan NASTAR bukan sekadar acara formal rutin. Forum ini menjadi wadah konkret bagi anak-anak untuk menyampaikan aspirasi yang nantinya menjadi rekomendasi kebijakan pembangunan kota.
“Anak-anak berbicara langsung ke pemerintah, dan gagasan mereka akan dipertimbangkan untuk pembangunan,” ujar Parminto.
DP3AP2KB juga tengah menjalankan program Sinergi Berlian, singkatan dari Aksi dan Kolaborasi Satukan Energi Bersama Lindungi Anak Kota Blitar. Program ini fokus mencegah kekerasan di lingkungan sekolah dengan melibatkan guru dan tenaga pendidik sebagai pelopor deteksi dini.
Hingga pertengahan 2025, program ini sudah menyasar delapan sekolah, termasuk SD Klampok dan SMP Yos Sudarso. “Guru-guru menjadi garda terdepan mencegah kekerasan di sekolah,” jelas Parminto.
Dalam sesi dialog, anak-anak menyampaikan berbagai keluhan dan harapan, mulai dari kondisi kamar mandi sekolah hingga kebutuhan ruang terbuka hijau dan literasi digital yang sehat. Semua aspirasi dicatat dan akan dibawa ke forum perencanaan daerah.