IDPOST.ID – Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) mematok biaya Makan Bergizi Gratis (MBG) sebesar Rp 15.000 per porsi.

Dari total Rp 15.000 per porsi, komponen terbesar sebesar Rp 10.000 dialokasikan secara khusus untuk pembelian bahan makanan.

Sementara itu, dana sebesar Rp 2.000 dari setiap porsi diperuntukkan bagi biaya sewa sarana dan prasarana pendukung program.

Selain itu, alokasi senilai Rp 3.000 dialokasikan untuk menutupi berbagai kebutuhan operasional yang menyertai pelaksanaan program.

Namun, hal tersebut sangat kontras dengan sebuah warung makan di Blitar, Jawa Timur, yang justru menyajikan konsep yang sangat berbeda.

Warung Berkah Pinus yang beralamat di Lingkungan Bandung, Desa Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar ini menawarkan makan prasmanan dengan harga yang sulit dipercaya.

Pasalnya warung tersebut mematok perporsinya hanya Rp3.000. Bahkan dengan uang sebesar itu, pengunjung sudah bisa menyantap makan dan minum sepuasnya.

Mahbub Alfaraby atau kerap disapa Boby, salah seorang pengelola warung, menegaskan bahwa konsep Warung Berkah Pinus bukanlah tentang mencari keuntungan bisnis, melainkan sebagai bagian dari usaha menebar kemanfaatan dan sedekah.

“Usaha ini untuk menebar kemanfaatan oleh berbagai komunitas yang berkantor di Pendopo Islam Nusantara (PINUS),” kata Boby.

Konsep “All You Can Eat” dengan Syarat Tidak Berlebihan

Meski menerapkan sistem prasmanan dimana pembeli bisa mengambil makanan sendiri, warung ini punya satu aturan utama: mengambil secukupnya dan tidak menyisakan makanan.

“Kami ingin mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan dan tidak membuang-buang makanan,” tegas Boby.

Mengandalkan Donasi dan Sedekah

Boby mengakui secara matematis, menjual makan dengan harga Rp3.000 tentu tidak akan menutupi biaya operasional. Konsep utama warung ini bertumpu pada sedekah makanan dari para anggota komunitas PINUS dan pihak lain yang ingin beramal.

“Kami tidak melihat ini dari sisi bisnis, tetapi dari sisi kemanusiaan dan sedekahnya,” jelasnya.

Keberadaan Warung Berkah Pinus menjadi contoh nyata bagaimana semangat gotong royong dan berbagi dapat menciptakan solusi ketahanan pangan yang accessible bagi masyarakat kalangan bawah, menyajikan perspektif lain di luar program-program pemerintah yang beranggaran besar.