IDPOST.ID – Salah satu daya tarik utama Gerhana Bulan Total adalah perubahan warna Bulan menjadi merah darah yang memukau.
Fenomena ini akan kembali terjadi pada 7 September 2025, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah di balik keindahan tersebut. Bukan karena mistis, melainkan murni karena fisika atmosfer Bumi.
Gerhana Bulan Total terjadi ketika Bulan sepenuhnya masuk ke dalam bayangan inti (umbra) Bumi. Meskipun Bulan berada dalam bayangan, ia tidak sepenuhnya gelap.
Sebaliknya, cahaya matahari yang melewati atmosfer Bumi akan dibelokkan dan dihamburkan, menciptakan efek visual yang unik.
Fenomena ini dikenal sebagai hamburan Rayleigh. Cahaya matahari terdiri dari berbagai panjang gelombang (warna).
Ketika cahaya matahari melewati atmosfer Bumi, partikel-partikel di atmosfer akan menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek (seperti biru dan ungu) lebih banyak dibandingkan cahaya dengan panjang gelombang panjang (seperti merah dan oranye). Inilah alasan mengapa langit terlihat biru di siang hari.
Saat Gerhana Bulan Total, sebagian kecil cahaya merah dengan panjang gelombang yang lebih panjang berhasil menembus atmosfer Bumi, dibelokkan, dan mencapai permukaan Bulan.
Cahaya merah inilah yang kemudian dipantulkan kembali ke Bumi, membuat Bulan tampak berwarna merah atau oranye kemerahan.
Semakin banyak debu atau awan di atmosfer Bumi, semakin gelap atau pekat warna merah yang terlihat pada Bulan.
BMKG menjelaskan bahwa proses ini merupakan bukti nyata dari dinamika pergerakan Matahari, Bumi, dan Bulan yang saling berinteraksi.
Dengan memahami mekanisme di baliknya, masyarakat dapat lebih mengapresiasi keindahan dan keajaiban alam semesta yang tersaji di hadapan kita.