IDPOST.IDOtoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri mengungkapkan adanya kesenjangan signifikan antara tingkat inklusi dan literasi keuangan nasional.

Hurin Nur Izzah, Analis Bagian PEPK dan LMST OJK Kediri, menyebut literasi keuangan baru mencapai 66,5 persen, sementara inklusi keuangan sudah di angka 80,5 persen.

“Artinya, ada kesenjangan yang rawan jika tidak dibarengi dengan literasi yang memadai,” ujar Hurin dalam seminar Financial Inspiration and Movement for Youth yang digelar Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) STIEKEN Blitar, Kamis (25/9/2025).

Data ini mempertegas urgensi edukasi keuangan, terutama di kalangan generasi muda. Hurin menjelaskan, sementara jumlah investor pasar modal Indonesia hingga September 2025 telah menembus 18 juta jiwa, pemahaman tentang risiko dan produk investasi harus terus ditingkatkan.

“Forum edukasi seperti ini sangat penting, bukan hanya untuk menambah jumlah investor, tetapi juga meningkatkan pemahaman tentang produk, manfaat, dan risiko berinvestasi. Harapannya, peserta bisa menjadi investor baru yang cerdas dan teredukasi,” tambahnya.

Acara yang dihadiri oleh perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan praktisi investasi ini merupakan bagian dari upaya mengejar target literasi keuangan nasional sebesar 98 persen.

Kesenjangan yang terjadi dinilai berbahaya karena masyarakat memiliki akses ke produk keuangan, tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menggunakannya secara bijak.