IDPOST.ID – Dendam, yang sering muncul akibat perasaan marah atau kesal atas ketidakadilan, baik kecil maupun besar, merupakan emosi yang wajar dirasakan manusia.
Namun, jika dibiarkan berlarut-larut, perasaan ini dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik seseorang.
Sebagian orang memilih untuk memendam kemarahan mereka tanpa mengungkapkannya, bahkan kepada orang-orang terdekat.
Misalnya, seseorang mungkin merasa kesal terhadap anggota keluarganya, seperti saudara yang mulai menjalin hubungan dengan mantan pasangan, meskipun sebelumnya mereka telah menyatakan bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah.
Akibatnya, hubungan keluarga menjadi renggang karena sikap sinis atau keengganan untuk berkomunikasi.
Di sisi lain, ada pula yang mengekspresikan rasa dendam melalui tindakan langsung. Contohnya, seseorang mungkin melontarkan kata-kata kasar kepada rekan kerja yang dianggap tidak pantas menerima penghargaan tertentu, atau bahkan mengambil tindakan balas dendam kepada pasangan yang tidak setia.
Dendam tidak hanya memengaruhi hubungan interpersonal, tetapi juga berpotensi menjadi “racun” dalam hubungan romantis maupun keluarga.
Artikel ini akan mengulas penyebab dendam, tanda-tanda yang harus diwaspadai, dampaknya terhadap hubungan, hingga strategi untuk mengelolanya dengan sehat.
Penyebab Timbulnya Dendam
Dendam sering kali muncul ketika seseorang merasa diperlakukan tidak adil, dimanfaatkan, atau diabaikan.
Perasaan ini dapat berkembang menjadi kemarahan yang intens dan memicu berbagai emosi negatif lainnya. Jika tidak diatasi, dendam dapat merusak hubungan, baik dalam keluarga, persahabatan, maupun hubungan romantis.
Berikut adalah beberapa sumber umum yang memicu dendam:
- Kecemburuan
- Pengkhianatan
- Rasa malu atau aib
- Trauma masa lalu
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi meskipun sudah dikomunikasikan
- Batasan pribadi yang dilanggar
- Harapan yang tidak realistis terhadap orang lain
Dalam hubungan romantis, dendam kerap muncul akibat ketidakseimbangan tanggung jawab.
Contohnya, salah satu pasangan mungkin merasa terbebani karena harus bekerja, mengurus rumah tangga, dan mengasuh anak, sementara pasangannya hanya fokus pada pekerjaan.
Ketidakseimbangan ini sering kali memicu rasa frustrasi yang mendalam dan berdampak pada kualitas hubungan.
Bahkan, dalam hubungan yang telah berlangsung lama, dendam dapat berkembang akibat kurangnya inisiatif salah satu pihak dalam hubungan intim, atau ketika salah satu pasangan harus mengambil peran sebagai pengasuh karena pasangan lainnya menghadapi masalah kesehatan.
Kondisi ini sering membuat pengasuh merasa kebutuhan pribadinya diabaikan, sehingga menciptakan ketegangan emosional.
Dampak Dendam pada Hubungan dan Kesejahteraan
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ketegangan akibat dendam, seperti rasa jengkel, kekecewaan, atau kemarahan yang terpendam, dapat memiliki efek jangka panjang pada hubungan.
Sebuah studi selama 16 tahun mengungkapkan bahwa ketegangan dalam pernikahan, meskipun tidak selalu disertai konflik terbuka, sangat merusak ketika dialami oleh kedua pasangan sekaligus.
Karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda dendam dan mencoba mengelolanya dengan strategi yang efektif. Dengan pendekatan yang tepat, rasa dendam dapat diatasi, sehingga hubungan tetap sehat dan harmonis.