Yang mengagumkan, di sela kesibukannya sebagai dosen dan pengasuh pesantren, pada usia 37 tahun Yai MIM berhasil menghafal Al-Qur’an (menjadi hafidz).

Keseriusannya dalam mendalami Al-Qur’an bahkan membawanya hingga ke Mesir untuk belajar langsung kepada syaikh-syaikh Al-Azhar.

Dalam dunia akademik, Yai MIM bukanlah nama asing. Dia aktif menghasilkan karya ilmiah yang banyak dikutip, khususnya di bidang manajemen pendidikan, kepemimpinan, dan pendidikan pesantren.

Hingga tahun 2025, total sitasi karyanya telah melebihi 180 kali, menunjukkan pengakuan dari rekan-rekan sejawatnya di dunia ilmu pengetahuan.

Dengan segudang prestasi dan pengabdiannya, insiden pengusiran yang menimpannya tentu menjadi bahan refleksi bersama tentang bagaimana masyarakat menghargai seorang figur yang telah banyak berkontribusi.