IDPOST.ID – Suasana Lapangan Lemah Tuah di Desa Cangkrep Kidul, Purworejo, berubah menjadi ruang ekspresi yang sarat makna, Sabtu (6/9/2025) sore.
Seniman pantomime sekaligus pengamat budaya, Mahestya Andi, menampilkan karya teater tanpa kata yang menyentuh sisi reflektif penonton tentang kondisi kebudayaan di Purworejo.
Dalam pementasan berdurasi hampir satu jam itu, Mahestya menghadirkan gerakan-gerakan ekspresif yang mengundang tafsir mendalam dari puluhan penonton yang hadir, yang terdiri dari pegiat seni, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
Melalui gerak tubuhnya, ia mengangkat tiga isu utama yang dinilainya menjadi tantangan serius bagi perkembangan seni dan tradisi di Purworejo.
Pertama, ia menyoroti lambannya sistem kebudayaan yang membuat perkembangan seni berjalan tersendat dan terkesan stagnan. Kedua, hilangnya sosok pamong budaya yang sebelumnya menjadi penggerak utama kegiatan seni dan tradisi. Tanpa figur tersebut, kebudayaan lokal dinilainya rentan kehilangan arah.
Isu ketiga menyoroti program Adibudaya, sebuah inisiatif pemerintah yang menurutnya harus benar-benar dikawal agar tidak hanya berhenti sebagai seremonial belaka.
“Pantomime adalah cara saya berbicara tanpa kata. Kadang tubuh lebih jujur menyuarakan keresahan. Kebudayaan di Purworejo jangan sampai hanya jadi catatan sejarah, tapi harus kita hidupkan bersama,” tutur Mahestya kepada Kompas.com usai pementasan.
Pertunjukan tersebut disambut antusias oleh penonton. Banyak yang menilai karya tersebut tidak hanya memberi hiburan, melainkan juga membuka ruang refleksi dan kritik sosial yang konstruktif.
Mahestya menegaskan bahwa seni seharusnya tidak hanya dipandang sebagai tontonan, melainkan juga tatanan dan tuntunan.
Ia berharap pertunjukan pantomime dan karya seni lainnya mampu menggugah kesadaran publik sekaligus menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah dalam menjaga keberlangsungan budaya Purworejo.
“Saya berharap semakin banyak pelaku seni maupun masyarakat yang berani bersuara tentang apa adanya dan menyampaikan harapan demi keberlangsungan hidup bersama,” tegasnya.
Pementasan ini menambah daftar karya seni kontemporer di Purworejo yang mengusung nilai kritik sosial. Di tengah arus modernisasi, kehadiran seniman seperti Mahestya Andi menjadi pengingat bahwa budaya bukan hanya warisan, melainkan juga tanggung jawab bersama untuk dijaga dan dikembangkan.
