Peristiwa

Tolak Tarif Donald Trump, Masyarakat Boikot Produk dari AS

×

Tolak Tarif Donald Trump, Masyarakat Boikot Produk dari AS

Sebarkan artikel ini
Tolak Tarif Donald Trump, Masyarakat Boikot Produk dari AS

IDPOST.CO.ID – Gelombang perlawanan global terhadap kebijakan tarif yang sebelumnya diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump semakin berkembang.

Namun, perlawanan ini tidak diwujudkan melalui demonstrasi langsung, melainkan melalui perubahan perilaku konsumen.

Mulai dari memboikot produk Tesla hingga memberi label khusus pada barang-barang buatan AS, konsumen di seluruh dunia menyuarakan penolakan terhadap kebijakan yang mereka anggap tidak adil.

Data dari Google Trends menunjukkan peningkatan tajam dalam pencarian terkait “Boikot AS.” Berbagai grup di Facebook telah dibentuk untuk berbagi informasi dan saran tentang produk-produk Amerika yang sebaiknya dihindari.

Ketika Trump memberlakukan tarif baru pada Hari Pembebasan, reaksi dari dunia internasional tidak butuh waktu lama.

Pengusaha asal Prancis, Romain Roy, yang sebelumnya rutin membeli kendaraan Tesla untuk perusahaannya sejak 2021, memutuskan untuk membatalkan pesanan 15 mobil baru.

Roy menyebut pandangan politik Trump dan Elon Musk sebagai alasannya. Ia juga menyoroti kebijakan AS yang ia anggap “menutup diri,” termasuk keluarnya Amerika dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim.

Meskipun harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar 164 ribu dolar AS, Roy memilih menggunakan model kendaraan buatan Eropa.

Negara-negara lain juga menunjukkan respons kreatif terhadap kebijakan AS. Di Denmark, yang sempat menjadi sorotan karena minat Trump untuk membeli Greenland, penolakan terhadap kebijakan AS cukup kuat.

Salling Group, pengecer terbesar di negara tersebut, mulai memberi label khusus berupa bintang hitam pada produk-produk buatan Eropa. Hal ini mempermudah konsumen menghindari barang-barang buatan Amerika.

Sementara itu, di Kanada, konsumen telah mengembangkan cara unik untuk menyampaikan protes mereka.

Beberapa warga membalikkan produk-produk buatan AS di rak-rak toko agar lebih mudah dikenali oleh pembeli lain.

Mereka juga menggunakan aplikasi seperti Maple Scan untuk memindai barcode produk dan memastikan apakah barang tersebut benar-benar buatan Kanada atau dimiliki oleh perusahaan Amerika.

Namun, memboikot produk buatan Amerika tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak merek yang tampak lokal sebenarnya dimiliki oleh perusahaan AS.

Di Inggris, misalnya, merek-merek populer seperti cokelat Cadbury, toko buku Waterstones, dan apotek Boots semuanya dimiliki oleh perusahaan Amerika. Hal ini membuat sulit bagi konsumen untuk menentukan produk mana yang harus diboikot.

Beberapa negara seperti Denmark dan Kanada mencoba membantu warga dengan membangun komunitas daring.

Melalui platform seperti Facebook, anggota komunitas dapat berbagi daftar produk pengganti non-Amerika.

Namun, ada ironi besar dalam upaya ini, mengingat Facebook sendiri adalah perusahaan berbasis di AS.

Selain itu, banyaknya teknologi dan layanan yang tidak terlihat secara langsung namun dimiliki oleh perusahaan AS membuat boikot total hampir mustahil.

Sebagian besar toko dan aplikasi, misalnya, menggunakan layanan komputasi awan, sistem operasi, atau metode pembayaran seperti Visa, Mastercard, dan Apple Pay, yang semuanya berbasis di Amerika.

Sementara beberapa merek Amerika kurang dikenal, ada juga perusahaan yang dengan bangga menunjukkan identitas mereka sebagai “Buatan Amerika.” Perusahaan seperti Coca-Cola, Starbucks, dan Budweiser dengan jelas menampilkan citra mereka sebagai produk khas AS. Hal ini membuat mereka sering menjadi target utama kampanye boikot di berbagai negara.

Meski demikian, keterkaitan bisnis AS dengan ekonomi global membuat boikot total hampir mustahil dilakukan.

Produk dan layanan Amerika begitu terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga konsumen sering kali tidak menyadari betapa sulitnya menghindari keterlibatan ekonomi dengan perusahaan-perusahaan AS.