Peristiwa

Ulama Pecinta Budaya Dilarang Masuk Lomba Patrol di Malang, Yai MIM: Saya Datang Membawa Niat Baik

×

Ulama Pecinta Budaya Dilarang Masuk Lomba Patrol di Malang, Yai MIM: Saya Datang Membawa Niat Baik

Sebarkan artikel ini
Ulama Pecinta Budaya Dilarang Masuk Lomba Patroldi Malang, Yai MIM: Saya Datang Membawa Niat Baik

IDPOST.ID – Seorang warga Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, mengaku diusir oleh petugas keamanan dari sebuah lokasi lomba patrol di Kampung Ndesan, Malang.

Ia mengklaim sebagai seorang ulama yang juga pemerhati dan pecinta budaya. Dan karena kecintaannya ia ingin membagikan dana hadiah untuk masyarakat.

Pria yang mengenalkan diri sebagai Yai MIM itu mengatakan, nama lengkapnya berdasarkan KTP adalah Imam Muslimin (59).

Ia pernah belajar tentang pendidikan Bahasa Arab dan budaya Islam di Al Azhar Cairo Mesir selama 3 tahun secara bolak-balik atau tadribiyat.

Selain itu, ia masih keturunan cucu mbah Sunan Ampel Surabaya yang ke-6 daei jalur ayah. Dari jalur ibunya keturunan Sunan Bonang (Sayyid Makhtoum Ibrahim).

Orangtuanya bernama Mardhi atau Muhammad bin Karyantono (Sayyid Muhammad Amali) bin Mentheg (Sayyid Ahmad Musa Hambali) bin Mbah Bendo (Muhammad Abi Yusuf) bin Hasan bin Sayyid Rahmatillah (Sunan Ampel) Surabaya.

Dia bersikukuh memberitahukan kepada petugas bahwa dirinya pecinta budaya lokal dan warga sekitar. Namun, dia tetap tidak diizinkan masuk ke area lomba di Kampung Ndesan.

“Sudah saya jelaskan bahwa saya mencintai kegiatan lomba seperti ini dan saya warga Karangbesuki, namun petugas keamanan lomba tetap saja tidak mau mendengar,” kata Yai MIM, Sabtu (23/8/2025).

Yai MIM yang berdomisili di RT 07/RW 05, Kelurahan Karangbesuki itu mengatakan, kehadirannya untuk membagikan dana kepada seluruh peserta lomba. Masing-masing peserta, menurut dia, akan menerima Rp 1 juta. Demikian, disampaikan oleh Inez, istri Yai MIM yang selalu setia mendampingi dimanapun Yai MIM berada.

“Saya membawa dana khusus untuk kami bagikan keseluruhan peserta lomba masing-masing orang 1 juta,” ujar Inez yang dibenarkan oleh YAI MIM dengan anggukan kepala.

Yai MIM dan juga Inez (Rosida Vignesvari) menduga pengusiran tersebut terjadi karena penampilannya yang mengenakan pakaian seperti ulama, berupa jubah, sorban lengkap dengan imamahnya.

Padahal, menurutnya, pakaian tersebut merupakan bagian dari tradisi dan budaya yang seharusnya dihargai.

“Saya hadir dengan pakaian yang merupakan identitas dan tradisi keulamaan, justru diduga menjadi alasan saya tidak diterima di lokasi lomba di Kampung Ndesan tersebut,” ujarnya.