Peristiwa

Supriyadi dan Pemberontakan PETA di Blitar: Kisah Perlawanan Melawan Jepang

×

Supriyadi dan Pemberontakan PETA di Blitar: Kisah Perlawanan Melawan Jepang

Sebarkan artikel ini
Supriyadi dan Pemberontakan PETA di Blitar: Kisah Perlawanan Melawan Jepang
Drama kolosal pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA) (Istagram @bens_wj)

IDPOST.CO.ID – Perjuangan PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

PETA merupakan organisasi militer yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang pada tahun 1943, dengan tujuan awal untuk membantu Jepang mempertahankan wilayah Indonesia dari Sekutu.

PETA melakukan pemberontakan dipimpin oleh Supriyadi. Peristiwa pemberontakan PETA merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Meskipun tidak berhasil secara militer, semangat dan keberanian yang ditunjukkan oleh para pejuang PETA di Blitar menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan yang berlanjut hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pembentukan PETA

Pada tahun 1943, Jepang membentuk PETA di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Blitar, Jawa Timur.

PETA dibentuk untuk mengumpulkan pemuda-pemuda Indonesia yang akan dilatih menjadi tentara dan diharapkan bisa membantu Jepang dalam Perang Dunia II.

Namun, pelatihan militer ini justru menjadi modal penting bagi pemuda Indonesia untuk memahami strategi perang dan mempersiapkan diri melawan penjajah.

Supriyadi sebagai Pemimpin

Supriyadi, seorang pemuda dari Blitar yang bergabung dengan PETA, menjadi tokoh sentral dalam pemberontakan ini.

Ia dan rekan-rekannya menyadari bahwa Jepang sebenarnya hanya memanfaatkan Indonesia untuk kepentingan perang mereka, dan oleh karena itu, ia merencanakan pemberontakan melawan Jepang.

Pada 14 Februari 1945, Supriyadi dan sekitar 70 prajurit PETA di Blitar memulai pemberontakan terhadap tentara Jepang.

Mereka menyerang markas Jepang di Blitar dan beberapa lokasi strategis lainnya. Meskipun pemberontakan ini tidak berlangsung lama dan akhirnya berhasil dipadamkan oleh Jepang, aksi ini menunjukkan tekad kuat para pejuang untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Dampak Pemberontakan

Pemberontakan ini dianggap sebagai salah satu perlawanan terbesar terhadap Jepang di Indonesia.

Meskipun gagal, tindakan Supriyadi dan kawan-kawannya memberikan inspirasi bagi perlawanan lainnya dan memperkuat semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.

Supriyadi sendiri menghilang setelah pemberontakan tersebut dan keberadaannya masih menjadi misteri hingga sekarang.

Pengaruh terhadap Perjuangan Nasional

Pemberontakan PETA di Blitar memperlihatkan bahwa rakyat Indonesia, meskipun di bawah tekanan Jepang, memiliki tekad kuat untuk mencapai kemerdekaan.

Perlawanan ini menjadi simbol penting dalam sejarah perjuangan nasional, menunjukkan bahwa pemuda Indonesia siap untuk melawan penjajahan dengan senjata yang mereka pelajari dari penjajah sendiri.