Peristiwa

Dugaan Perbudakan Modern di Taman Safari Indonesia, Wamen Hukum dan Ham Kesulitan Awasi

×

Dugaan Perbudakan Modern di Taman Safari Indonesia, Wamen Hukum dan Ham Kesulitan Awasi

Sebarkan artikel ini
Dugaan Perbudakan Modern di Taman Safari Indonesia, Wamen Hukum dan Ham Kesulitan Awasi

IDPOST.CO.ID – Baru-baru ini, perhatian masyarakat tertuju pada Taman Safari Indonesia (TSI) setelah beberapa mantan anggota sirkus yang pernah bekerja di bawah naungan Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkap pengalaman pahit mereka.

Mereka menyatakan bahwa selama bertahun-tahun bekerja di sana, mereka mengalami perlakuan yang sangat tidak manusiawi.

Dalam sebuah pertemuan dengan Wakil Menteri Hukum dan HAM Mugiyano, para mantan pemain sirkus tersebut berbagi kisah tentang kondisi kerja yang keras dan penuh tekanan.

Muhammad Arbani, seorang pakar hukum dan hak asasi manusia dari STIH Adhyaksa, menanggapi pengakuan ini dengan rasa prihatin mendalam. Ia menilai bahwa kasus ini menunjukkan bahwa praktik perbudakan dalam bentuk modern masih ada di Indonesia.

Menurut Arbani, meskipun isu seperti ini sudah lama terjadi secara tersembunyi, hal itu memperlihatkan bahwa negara belum sepenuhnya bebas dari praktik eksploitasi berat terhadap pekerja. Ia juga menjelaskan kesulitan pemerintah dalam mengawasi kasus-kasus semacam ini karena seringkali hanya dilakukan teguran tanpa tindakan nyata di lapangan.

Arbani menegaskan bahwa jika seseorang dipaksa menjalani pekerjaan sambil menerima perlakuan kasar baik secara fisik maupun verbal, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk perbudakan modern. Ciri khasnya adalah adanya paksaan terhadap kehendak pekerja serta beban kerja berlebihan dengan upah rendah namun risiko tinggi bagi keselamatan mereka.

Sebagai lulusan Magister Hukum Hak Asasi Manusia dari Leeds Beckett University, Arbani berharap aparat penegak hukum dapat lebih serius menangani masalah ini agar praktik-praktik semacam itu bisa dihentikan segera.

Isu dugaan pelanggaran HAM tersebut juga memicu reaksi luas di media sosial dengan tagar #NoViralNoJustice sebagai bentuk protes masyarakat atas ketidakadilan yang dialami para korban.

Di sisi lain, pihak Taman Safari Indonesia membantah tuduhan adanya kekerasan atau eksploitasi terhadap para pemain OCI. Tony Sumampau selaku pendiri OCI menjelaskan bahwa metode pelatihan memang sangat disiplin dan terkadang menggunakan rotan untuk memberikan koreksi saat latihan berlangsung demi menjaga keselamatan peserta agar tidak cedera akibat kesalahan teknik gerakan akrobatik.

Tony membandingkan metode pelatihan tersebut seperti latihan olahraga atau bela diri lainnya yang membutuhkan ketegasan agar peserta bisa belajar dengan aman tanpa risiko cedera serius.