Peristiwa

Mengungkap Alasan Bung Karno Dimakamkan di Blitar, Faktor Keamanan hingga Wasiat Keluarga Jadi Pertimbangan

Mengungkap Alasan Bung Karno Dimakamkan di Blitar, Faktor Keamanan hingga Wasiat Keluarga Jadi Pertimbangan

IDPOST.ID – Makam Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno, di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, selalu ramai dikunjungi peziarah.

Namun, mengapa Bung Karno justru dimakamkan di Blitar, bukan di ibu kota Jakarta atau Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata?

Berikut penelusuran tim redaksi berdasarkan fakta sejarah dan keterangan ahli.

1. Alasan Keamanan Politik Era Orde Baru

Sumber militer dan sejarawan menyebutkan, pemakaman Bung Karno di Blitar tidak lepas dari situasi politik tahun 1970, ketika rezim Orde Baru berupaya mengurangi pengaruh mantan presiden pertama Indonesia tersebut.

  • Pemakaman Terbatas: Jenazah Bung Karno hanya diizinkan disemayamkan di Blitar, kota kelahirannya, dengan upacara sederhana.
  • Minimalkan Mobilisasi Massa: Pemerintah khawatir pemakaman di Jakarta akan memicu kerumunan pendukung fanatik Soekarno.
  • Dokumen Rahasia: Arsip Nasional RI (2010) mengungkap surat dari Kopkamtib yang merekomendasikan Blitar sebagai lokasi “paling aman”.

“Ini jelas upaya de-Soekarnoisasi; memindahkan makamnya jauh dari pusat kekuasaan,” tegas Prof. Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI.

2. Wasiat Keluarga dan Kedekatan Emosional

Meski faktor politik dominan, keluarga besar Soekarno mengonfirmasi adanya keinginan almarhum untuk dimakamkan dekat ibunda tercinta, Ida Ayu Nyoman Rai.

  • Permintaan Fatmawati: Dalam buku “Fatmawati Soekarno: Catatan Kecil Bersama Bung Karno” (2013), istri pertama Soekarno menyatakan bahwa Blitar adalah pilihan keluarga.
  • Rumah Masa Kecil: Kompleks makam berdampingan dengan Istana Gebang, rumah masa kecil Bung Karno yang penuh kenangan.

“Bung Karno selalu rindu pada ibunya. Blitar adalah homecoming terakhirnya,” ujar Guntur Soekarnoputra, putra sulung Soekarno.

3. Blitar sebagai ‘Kota Patria’

Pemerintah Kabupaten Blitar secara resmi menetapkan kota ini sebagai Kota Patria (Kota Pahlawan) melalui Perda No. 5/1986, dengan pertimbangan:

  • Lahirnya Sang Proklamator: Soekarno lahir di Jl. Pandean IV, Blitar, pada 6 Juni 1901 (meski beberapa sumber menyebut Surabaya).
  • Situs Penting Nasional: Makam Bung Karno menjadi simbol perjuangan dan destinasi ziarah sejarah.

4. Kontroversi dan Fakta yang Jarang Diketahui

  • Usulan Makam di Bogor: Dokumen Kedutaan Besar Mesir (1970) menyebut rencana awal pemakaman di Istana Bogor, tetapi ditolak pemerintah.
  • Tidak Diakui sebagai Pahlawan Nasional Saat Itu: Soekarno baru ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator pada 1986, 16 tahun setelah wafatnya.

Blitar Kini: Dari Kota Pengasingan Menuju Destinasi Ziarah Nasional

Data Dinas Pariwisata Blitar (2024) mencatat, makam Bung Karno dikunjungi rata-rata 1,2 juta wisatawan/tahun, dengan puncak kunjungan pada 1 Juni (Hari Lahir Pancasila) dan 21 Juni (Hari Wafat Soekarno).

“Makam ini bukan sekadar situs sejarah, tapi living monument yang mengajarkan nilai-nilai perjuangan,”* kata Mas Ibin, Wali Kota Blitar.

Pemakaman Bung Karno di Blitar adalah hasil dari pertimbangan kompleks: keamanan politik, keinginan keluarga, dan ikatan emosional. Terlepas dari kontroversi, Blitar telah berhasil mentransformasi makam ini menjadi simbol persatuan bangsa.

Sumber: Arsip Nasional RI

>>> Ikuti Berita dan Artikel Idpost.id di Google News
Exit mobile version