IDPOST.CO.ID – Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin dampingi Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya dalam rangka kunjungan kerja ke Kota Blitar, Kamis 1 Mei 2025.
Dakam kunjungan kerjanya Bima Arya mengunjungi beberapa tempat wisata di Kota Blitar salah satunya makam sang Proklamator Bung Karno/
“Saya sudah lama sekali tidak berziarah ke sini, terakhir saat masih SD,” ucap Bima, sesaat setelah menabur bunga.
Namun nostalgia itu segera ditautkan dengan visi ke depan. Dalam pandangan Bima, Blitar tidak hanya menyimpan nilai sejarah nasional, tetapi juga menyimpan energi besar untuk melompat ke masa depan.
Kota ini, menurutnya, memiliki modal kuat berupa warisan sejarah, potensi budaya, hingga ekonomi kreatif yang siap diolah dengan pendekatan baru.
Bima menyinggung kunjungannya ke Istana Gebang—rumah masa kecil Bung Karno yang kini menjadi situs wisata sejarah.
Ia mengapresiasi rencana Pemerintah Kota Blitar dalam memanfaatkan lahan sekitar kawasan itu untuk mengembangkan wisata sejarah yang inovatif.
“Ini bisa menjadi inspirasi untuk kunjungan skala internasional. Tapi syaratnya, visualisasi sejarahnya harus menarik, teknologi harus hadir di dalamnya,” katanya.
Ia menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai leluhur, namun juga mengemasnya dengan bahasa kekinian.
“Nilai-nilai sejarah ini bukan hanya untuk wisata, tapi juga untuk membekali perjalanan bangsa,” ujar Bima. Baginya, Blitar bisa menjadi episentrum wisata sejarah yang hidup dan inspiratif—bukan museum statis yang hanya jadi tempat singgah.
Potensi lain yang tak luput dari perhatiannya adalah sektor ekonomi kreatif. Di Sentul, Bima menyaksikan geliat para pengrajin kendang jimbe yang telah menembus pasar ekspor.
Ia menilai, perlu ada dorongan lebih dari pemerintah pusat dan daerah agar produk UMKM seperti ini tidak hanya bertahan, tapi juga mendunia.
“Blitar punya kualitas. Tinggal bagaimana kita kemas dan fasilitasi untuk naik kelas,” tegasnya.
Tak hanya produk seni, agrowisata juga menjadi perhatian. Di Karangsari, agrowisata belimbing menjadi bukti bahwa pertanian dan pariwisata bisa berjalan beriringan.
Masyarakat lokal menjadi pelaku utama, bukan sekadar penonton. Bima menyebut pendekatan semacam ini sebagai model pembangunan inklusif yang perlu diperluas.
Wali Kota Blitar, Mas Ibin, menyambut baik dukungan dan pandangan Wamendagri. Dalam pernyataannya, ia menegaskan komitmen Pemerintah Kota untuk terus menjaga warisan sejarah sembari mendorong roda ekonomi lokal.
“Kami akan terus berupaya melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya, serta mengembangkan potensi ekonomi lokal secara inklusif,” kata Mas Ibin.